Pingin PINTAR?? Makanya BELAJAR!!

Rabu, 13 Januari 2010

Perekonomian Indonesia 6

Transformasi Sektor Industri

INDUSTRI MANUFAKTUR
• LEBIH MENCERMINKAN KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA PASCA PEMERINTAHAN SOEKARNO (YANG MENGALAMI MACET DI SEKTOR MANUFAKTUR)
• Masa Orde Lama, negara-negara penghasil industri manufaktur mengalami kekurangan bahan baku, karena pasokannya menyusut tajam, shg banyak perusahaan gulung tikar
• Ciri industri pada waktu itu (1960-an) :
• teknologi & mesin2 sangat usang, dari peninggalan th-1930-an
• Terlalu banyak peraturan pemerintah, khususnya yang mengakses ke valuta asing
• Infrastruktur yang tersedia tidak memadai atau bahkan dlm beberapa kasus malah tidak ada
• Ironisnya pemerintah tidak mampu memproteksi impor sehingga terjadi banyak penyelundupan komoditi.
• Sebagian besar industri kuat berada di tangan pemerintah sebagai hasil nasionalisasi th 1957-1964, maka tidak ada investasi swasta sama sekali
• Tidak ada modal ekuitas (surat berharga) asing
• Koneksi internasional utama adalah dengan blok Timur (Unisovyet & Eropa Timur), yang menyediakan teknologi, peralatan dan keuangan dalam bentuk usaha patungan dan kesepakatan “bagi-hasil”
• Hasil sensus 1963 menunjukkan :
• Sektor manufaktur hampir seluruhnya terdiri dari pengolahan bahan dasar secara sederhana dan barang kebutuhan pokok untuk pasar rumah tangga
• TERJADI PERDEBATAN FILOSOFIS BERKAITAN DENGAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI MASA ORDE BARU.
• NAMUN ADA KESEPEKATAN SEMUA PIHAK BAHWA PENTING TERJADINYA PERTUMBUHAN INDUSTRI YANG PESAT


Pemulihan Industri Manufaktur

• TERJADI PERUBAHAN STRUKTURAL DAN TEKNOLOGI YANG SANGAT PESAT, PADA DEKADE “OIL BOOM” dekade 1970-an
• Akibatnya produksi naik rata-rata 12% per tahun (1966-1992)
• 1978 output non-minyak & gas dipublikasikan secara terpisah
• Sejak 1984, sektor non-migas memberikan dinamika nyata dalam pertumbuhan industri yang setiap tahun tumbuh rata-rata 10%
• DALAM ERA 1970-AN MUNCUL PERDEBATAN ANTARA PENDUKUNG INDUSTRI SUBSTITUSI IMPOR DAN PENDUKUNG INDUSTRI BERORIENTASI EKSPOR
• 1990-AN ALIRAN PENDUKUNG INDUSTRI OREINTASI EKSPOR NAIK DAUN à FOKUS DEBAT BERGESER PADA MASALAH CARA PENDEKATANNYA (KOREA ATAU JEPANG)


4 fase pertumbuhan dan transformasi yang pesat ini :
• Periode awal pertumbuhan yang pesat tahun 1967-1973 à didorong oleh liberalisasi dan pengembalian kepada kondisi ekonomi normal (stabil)
– inflasi turun tajam
– Saluran pasar internasional dibuka kembali
– Permintaan konsumen (berarti pula pengeluarannya), naik tajam dalam dorongan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
– Biayanya : industri kecil, kerajinan rakyat yang pakai tenaga buruh terpuruk
– Tahap pertumbuhan ke dua, pada masa “Oil Boom” tahun 1970-an, tujuan kebijakan industri ditinjau kembali, karena masa ini terjadi inefisiensi pada industrialisasi yang diatur oleh negara meski petumbuhannya tinggi
– Pemerintah meninggalkan kebijakan perdagangan bebas
– Tarif-tarif diturunkan dan ada menurunan hambatan non-tarif.
– Pemerintah mulai menyalurkan kembali dari penghasilan minyak bumi kepada sektor usaha melik negara
– Turunnya tarif dan mengalirnya dana dari minyak à menaikkan pendapatan domestik à dipakai langsung untuk memenuhi permintaan barang industri manufaktur dalam negeri.
• Tahap pertumbuhan ke tiga. Dengan menurunnya harga minyak (1981), ada perubahan kebijakan ekonomi makro yang hati-hati
– Devaluasi rupiah 1983
– Repelita IV (1984) memberi kepercayaan pada industri berat yang dibiayai negara, melalui investasi ekuitas dan pinjaman bank negara
– Ekspor dan sektor swasta mulai dijadikan mesin utama pertumbuhan industri
– Ada beberapa paket deregulasi diterapkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, seperti
– Namun kebijakan-kebijakan baru ini memunculkan “ekonomi biaya tinggi” : biaya proteksi, peraturan berbelit-belit, BUMN yang tidak efisien, pungutan liar, dsb.
• Masa pemerintahan presiden Habibi
– Di bawah payung BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis), Habibi mengendalikan sejumlah perusahaan negara : industri pesawat terbang, industri baja, perkapalan, amunisi dan elektronik à tapi semuanya itu menunjukkan profitability yang rendah, tidak pernah menerbiatkan laporan keuangan lengkap, dan tidak di bawah pengawasan Dep-Keu.
– Perdebatan bergeser dari kisaran manfaat substitusi impor vs. industri ekspor ke isue strategi tentang lompatan teknologi yang didanai dan diatur oleh pemerintah
Ada dua teori utama dalam menganalisis struktur ekonomi
• Teori Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollins Chenery (teori transformasi struktural).
• Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
• Di pedesaan, pertumnuhan pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan suplai tenaga kerja. à Akibat over supply tenaga kerja ini, tingkat upah menjadi sangat rendah. Sebaliknya, di perkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Hal ini menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor kedua sehingga terjadi suatu proses migrasi dan urbanisasi.
• Selain itu tingkat pendapatan di negara bersangkutan meningkat sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi macam-macam produk industri dan jasa. Hal ini menjadi motor utama pertumbuhan output di sektor-sektor nonpertanian.


Teori Chenery
• memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.


Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi:
• Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri
– Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih pesat.
• Besarnya pasar dalam negeri
– Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu faktor insentif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi.
• Pola distribusi pendapatan
– Merupakan faktor pendukung dari faktor pasar. Tingkat pendapatan tidaklah berarti bagi pertumbuhan industri-industri bila distribusinya sangat pincang.
• Karakteristik Industrialisasi
– Mencakup cara pelaksanaan atau strategi pembangunan industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan.
• Keberadaan sumber daya alam
– Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, terlambat melakukan industrialisasi, tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang miskin
• Kebijakan perdagangan luar negeri
– Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking policy), pola hasil industrialisasinya akan berkembang tidak efisien dibandingkan negara-negara yang menerapkan outward looking policy.


Perubahan Struktural yang pesat

• Perubahan struktur ekonomi boleh dikatakan cukup pesat. Periode sejak tahun 1983 hingga krisis ekonomi peran sektor-sektor primer cenderung menurun sedangkan sektor sekunder (seperti industri manufaktur; listrik, gas, dan air; serta kontruksi) dan sektor tersier (perdagangan, hotel, dan restoran, transport & komunikasi, bank& keuangan, dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya) terus meningkat.
• Pada sektor pertanian sendiri juga telah terjadi perubahan struktur ekonomi antar subsektor yang tidak seimbang dengan perubahan struktur pangsa penyerapan tenaga kerja.
• Beban penumpukan tenaga kerja yang terjadi saat ini pada sektor pertanian tidak terdistribusi dengan merata pada masing-masing subsektor, dimana hampir semuanya ditanggung subsektor tanaman pangan sehingga kondisi keluarga petani tanaman pangan semakin memprihatinkan.
• Secara umum telah terjadi perbaikan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, terbukti komposisi penduduk dengan pendidikan setara pendidikan setara pendidikan menengah ke atas semakin besar, sebaliknya komposisi penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar ke bawah berkurang.
• Namun, perbaikan kualitas sumber daya manusia tersebut tidak diikuti oleh adanya kemampuan dari pemerintah untuk menciptakan kesempatan kerja sesuai dengan kualifikasi dari perbaikan kualitas sumberdaya manusia tersebut.
Solusi Masalah
• Untuk mengatasi terjadinya penumpukan tenaga kerja di sektor pertanian yang pada umumnya berada di daerah pedesaan dapat dilakukan melalui pengembangan industri berbasis pedesaan, dengan harapan di satu sisi mampu menyerap kelebihan tenaga kerja tersebut, dan di sisi lain mampu mendatangkan nilai tambah bagi produk pertanian. Sehingga pada akhirnya proses percepatan pemiskinan di sektor pertanian bisa diperlambat.
• Pengembangan teknologi pertanian terutama pada daerah-daerah yang kelebihan tenaga kerja sebaiknya diarahkan pada inovasi teknologl sarat tenaga kerja, sehingga masalah kelebihan tenaga kerja pada daerah tersebut dapat dikurangi.
• Perlu adanya restrukturisasi industri di Indonesia yang mengarah pada kesesuaian dengan kualitas dan kualifikasi tenaga kerja yang ada sekarang.
• à Sebaliknya, jenis pendidikan yang harus dikembangkan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, khususnya pasar tenaga kerja pada sektor industri.


Dua ciri utama Dimensi Spasial
• Pertama, Bagian Pulau Jawa dari output dan lapangan kerja sektor industri manufaktur (pabrik, yang non-migas) mengalami penurunan berlanjut sejak 1960-an
• Ke dua, pulau Jawa umumnya lebih terindustrialisasi ketimbang daerah luar pulau Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar